Seni dan Budaya

MENJELANG DUA WINDU NYIAR LUMAR
Oleh : Dang Q
Tak banyak orang yang tahu tentang peran Saya Dang Qmost, Eddy Rusyana Noer, Pandu Radea, dalam proses lahirnya Nyiar Lumar pada 20 Mei tahun 1998. Yang diketahui oleh masyarakat, khususnya para penggiat seni bahwa Nyiar Lumar di gagas oleh seorang Godi Suwarna. Dalam tulisan ini saya tidak akan banyak membahas tentang proses kreatif lahirnya Nyiar Lumar, karena sekelumit sejarah Nyiar Lumar telah saya tulis dalam blog saya, Uing Qmost.blogspot.com. Yang pasti bahwa Nyiar Lumar lahir dari induk kandung Teater Jagat SMAN 1 Kawali. Saya sendiri sebagai pendiri Teater Jagat sekaligus pelatihnya dari tahun 1992 sampai tahun 1999.
Bentuk kreatif Nyiar Lumar tidak ujug-ujug tercipta begitu saja, tetapi melalui sebuah proses pengalaman leuleuweungan yang panjang dari para anggota Teater Jagat. Selama kurun waktu tujuh tahun, Teater Jagat tidak terhitung mengadakan pementasan di hutan-hutan sambil kemping. Dari kebiasaan yang tak biasa dari sebuah kelompok teater, rasanya tak terlalu luar biasa sebenarnya saat itu jika kami Teater Jagat mampu mengadakan acara yang biasa dilakukan. Hanya bedanya, dalam Nyiar Lumar mengundang lebih banyak rekan-rekan seniman dari berbagai daerah di Jawa Barat. Mungkin dampaknya yang luar biasa, karena bentuk dan tempat kreatifnya rada mahiwal dan kebetulan juga bertepatan dengan lengsernya penguasa Orde Baru Soeharto.
Nama Nyiar Lumar sendiri diberikan oleh Kang Godi Suwarna, bentuk kreatif di bahas oleh Godi Suwarna, Saya dan Pandu Radea. Sementara Kang Eddy Rusyana adalah orang yang berjasa menyusun proposal. Masih ingat saat itu, Saya, Pandu dan kang Godi meminta kang Eddy untuk menyusun proposal dan hanya dua jam proposal selesai. Selanjutnya Saya dan teman-teman Teater Jagat berjibaku di kampus SMAN Kawali mempersiapkan Nyiar Lumar. Saya masih ingat yang mondok moe di kampus SMAN Kawali adalah, Deni Mulyana, Agus Acok, D’Big Herli, Apep Taopik, Pandu Radea, Toni Lesmana, Agus Abauw, Aries Toyo. Sekali-kali muncul ngalongok kang Godi Suwarna dan Kang Eddy Rusyana Noer. Merekalah yang tahu persis perjuangan pahit getirnya mempersiapkan Nyiar Lumar pertama tahun 1998.
Sebuah harapan dari saya menjelang Dua Windu Nyiar Lumar adalah, Nyiar Lumar selalu abadi sepanjang masa. Tentunya dengan tidak mengpar dari pakem yang kami gariskan dari awal, yaitu tidak menggunakan penerangan listrik dan sound system di seputaran lingkungan situs Astana Gede. Dan yang paling penting bahwa Nyiar Lumar adalah sebuah upaya untuk menjaga kelestarian seni dan budaya lokal. Sehingga nilai-nilai kearifan lokal semakin kental dalam diri masyarakat Sunda khususnya. Cag.
Tentang Saya
Dang Qmost adalah penggiat seni teater dan sinema di Ciamis, sehari-hari sebagai Guru di SMPN 1 Ciamis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar